Selamat Datang di Blog Hidup Sehat....

Sabtu, 01 Oktober 2011

Mola hidatidosa

A.    Definisi
Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal dengan ciri-ciri stroma villus korialis langka vaskularisasi dan edematous. Janin biasanya meninggal akan tetapi villus-villus yang membesar dan edematous itu hidup dan tumbuh terus, dapat digambarkan sebagai segugus buah anggur. (Ilmu Kandungan, YBP.SP, 2005)

B.     Etiologi
Penyebabnya belum diketahui secara pasti. Ada yang menyatakan akibat infeksi, defisiensi makanan, dan genetic. Yang paling cocok ialah Acosta sison, yaitu defisiensi protein. Factor resiko terdapat pada golongan :
-          Sosio ekonomi rendah
-          Usia di bawah 20 tahun
-          Paritas tinggi
C.    Tanda dan Gejala
1.      amenore dan tanda-tanda kehamilan
2.      perdarahan pervaginaan berulang
3.      Pembesaran uterus lebih besar  dari usia kehamilan
4.      Tidak terabanya bagian janin pada palpasi dan tidak terdengarnya DJJ sekalipun uterus sudah membesar setinggi pusar atau lebih
5.      Preeklamsia dan eklamsia yang terjadi sebelum kehamilan 24 minggu
 
D.    Data Penunjang
-    Pemeriksaan sonde uterus (hanifa)
-    Tes acosta sison                      : dengan tang abortus, gelembung mola
dapat dikeluarkan
-    Peningkatan kadar beta hCe darah atau urine
-    USG menunjukkan gambaran badai salju (show flake pattern)
-    Foto thoraks ada gambaran emboli udara
-    Pemeriksaan T3 dan T4 bila ada gejala tirotoksikosis
(Kapita Selekta Kedokteran Jilid I ; 2001)
  
E.   Diagnosis
§  Anamnesis
-          Perdarahan pervaginaan/gambaran mola
-          Gejala toksemia pada TM I – II
-          Hiperemesis gravidarum
-          Gejala emboli paru
-          Gejala tirotoksikosis
§  Pemeriksaan fisik
-          uterus lebih besar  dari usia kehamilan
-          Kista lutein
-          Ballotemen (-)
-          DJJ (-)
§  Pemeriksaan penunjang
-          pada tes Acosta sison dapat dikeluarkan jaringan mola
-          pada tes hanifa sonde dapat masuk tanpa tahanan dan diputar 306 derajat deviasi sonde kurang dari 10 derajat.

F.    Diagnosis Banding
-          Kehamilan dengan mioma
-          Abortus
-          Hidramnion
-          Gemeli

G.    Komplikasi
-          Perdarahan hebat sampai syok, kalau tidak segera ditangani bisa berakibat fatal
-          Perdarahan berulang-ulang yang dapat menyebabkan anemia
-          Infeksi sekunder
-          Perforasi karena keganasan dank arena tindakan (misal : terjadi karsinoma)
-          Emboli sel trofoblas yang menyebabkan pasien sesak mendadak
(Rustam Mochtar, 1998)

H.       Penatalaksanaan
a.        Perbaiki keadaan umum
b.     Keluarkan jaringan mola dengan vakum kuretase dilanjutkan dengan kuret tajam, lakukan kuretase kedua bila TFU lebih dari 20 minggu sesudah hari ketujuh
c.     Untuk memperbaiki kontraksi, sebelumnya berikan uterptonik (20 – 40 unit oksitodin dalam 250 cc darah atau 50 unit oksitosin dalam 500 ml NaCl 0,9 %). Bila tidak dapat dilakukan vakum kuretase, dapat diambil tindakan histerektomi
d.    Histerektomi perlu dipertimbangkan pada wanita yang telah cukup umur dan cukup anak.
e. Terapi profilaksis dengan sitostatik metotreksat atau aktinomisin D pada kasus dengan resiko keganasan tinggi seperti umur tua dan paritas tinggi
f.  Pemeriksaan ginekologi, radiology, dan kadar beta HCG lanjutan untuk deteksi dini keganasan. Terjadinya proses keganasan bisa berlangsung antara 7 hari sampai 3 tahun pasca mola, yang paling banyak dalam 6 bulan pertama.
-    Kontrasepsi, sebaiknya diberikan preparat progesterone selama 2 tahun

Tidak ada komentar:

Posting Komentar