Selamat Datang di Blog Hidup Sehat....

Minggu, 13 November 2011

Kebutuhan Gizi untuk Premenstruasi Sindrom


2.1 Pengertian Menstruasi
            Menstruasi (haid) adalah perdarahan secara periodic dan siklik dari uterus, disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium (Wiknjosastro, 2005). Menstruasi adalah pelepasan dinding rahim (endometrium) yang disertai dengan pendarahan dan terjadi setiap bulannya kecuali pada saat kehamilan. Menstruasi yang terjadi terus menerus setiap bulannya disebut sebagai siklus menstruasi. Menstruasi biasanya terjadi pada usia 11 tahun dan berlangsung hingga menopause (biasanya terjadi sekitar usia 45 – 55 tahun). Normalnya, menstruasi berlangsung selama 3 – 7 hari (Bioheath Indonesia, 2007). Umumnya sebagian perempuan mengalami ketidaknyamanan yang  dirasakan sebelum menstruasi dengan gejala bervariasi, sehingga mampu  mengganggu aktivitas sehari-hari. Penelitian yang dilakukan oleh Pelayanan Kesehatan Ramah Remaja (PKRR) di bawah naungan WHO tahun 2005 menyebutkan bahwa permasalahan remaja di Indonesia adalah seputar permasalahan mengenai gangguan menstruasi (38,4 %), masalah gizi yang berhubungan dengan anemia (20,3 %), gangguan belajar (19,7 %), gangguan psikologis (0,7 %) serta masalah kegemukan (0,5 %) (Setiasih, 2007). Salah satu gangguan yang menyertai siklus menstruasi pada wanita adalah terjadinya sindroma pra menstruasi( PKBI, 2003).
2.2 Siklus Menstruasi
      Selama ±1 bulan dapat kita bedakan 4 masa (stadia):
3.1.1.1.1        Stadium menstruasi atau desquamasi
Pada masa ini endometrium dicampakkan dari dinding rahim disertai dengan perdarahan; hanya lapisan tipis yang tinggal yang disebut stratum basale, stadium ini berlangsung 4 hari. Banyaknya perdarahan selama haid normal ± 50cc.

3.1.1.1.2        Stadium post menstruum atau stadium regenerasi
Luka yang terjadi karena endometrium dilepaskan, berangsur-angsur ditutup kembali oleh selaput lender baru yang terjadi dari sel epitel kelenjar-kelenjar endometrium. Pada saat ini tebalnya endometrium ±0,5mm, stadium ini sudah mulai waktu stadium menstruasi dan berlangsung ±4hari.
3.1.1.1.3        Stadium intermenstruum atau stadium proliferasi
Pada maasa ini endometrium menjadi tebal ±3,5mm. kelenjar-kelenjar tumbuhnya lebih cepat dari jaringan lain hingga berkelok. Stadium proliferasi berlangsung dari hari ke 5 sampai hari ke 14 dari hari pertama haid.
3.1.1.1.4        Stadium praemenstruum atau stadium sekresi
Pada stadium ini endometrium kira-kira tetap tebalnya tapi bentuk kelenjar berubah menjadi panjang dan berliku dan mengeluarkan getah. Dalam endometrium sudah tertimbun glycogen dan kapur yang kelak diperlukan sebagai makanan untuk telur. Memag maksud dari perubahan ini tidak lain pada mempersiapkan endometrium untuk menerima telur. Pada endometrium sudah dapat di bedakan lapisan atas yang padat (stratum compactum) yang hanya ditembus oleh saluran-saluran keluar dari kelenjar-kelenjar, lapisan mampung ( stratum spongiosum ), yang banyak lubang-lubangnya karena disini terdapat rongga dari kelenjar-kelenjar dan lapisan bawah yang disebut stratum basale. Stadium ini berlangsung dari hari ke 14 -28. Jika tidk terdapat kehamilan maka endometrium dilepaskan dengan perdarahan dan berulang lagi siklus menstruasi.
2.3 Pengertian Pre Menstruasi Syndrom
            Sindroma pra menstruasi (Pre Menstrual Syndrome) adalah sekumpulan gejala atau keluhan baik fisik maupun psikologis yang dirasakan wanita pada hari ke 1 hingga hari ke 14 sebelum menstruasi dimulai, dan diikuti dengan tahap bebas dari gejala jika menstruasi sudah tejadi (Health Media Nutrition, 2006).
      PMS adalah gabungan gangguan fisik dan emosi yang dialami oleh hampir semua wanita, dan terjadi setelah ovulasi (pelepasan sel telur) dan berhenti saat menstruasi dimulai atau berlanjut sampai hari ke-2 atau ke 3. Terjadinya PMS diperkirakan berhubungan dengan interaksi hormon seks dengan neurotransmiter (penghantar kimia saraf) otak.
2.4 Faktor yang meningkatkan risiko terjadinya PMS (Pre Menstruasi Syndrom) .
Pertama, wanita yang pernah melahirkan (PMS semakin berat setelah melahirkan beberapa anak, terutama bila pernah mengalami kehamilan dengan komplikasi seperti toksima).
Kedua, status perkawinan (wanita yang sudah menikah lebih banyak mengalami PMS dibandingkan yang belum).
Ketiga, usia (PMS semakin sering dan mengganggu dengan bertambahnya usia, terutama antara usia 30 - 45 tahun).
Keempat, stres (faktor stres memperberat gangguan PMS).
Kelima, diet (faktor kebiasaan makan seperti tinggi gula, garam, kopi, teh, coklat, minuman bersoda, produk susu, makanan olahan, memperberat gejala PMS).
Keenam, kekurangan zat-zat gizi seperti kurang vitamin B (terutama B6), vitamin E, vitamin C, magnesium, zat besi, seng, mangan, asam lemak linoleat. Kebiasaan merokok dan minum alkohol juga dapat memperberat gejala PMS.
Ketujuh, kegiatan fisik (kurang berolahraga dan aktivitas fisik menyebabkan semakin beratnya PMS).
2.5 Tipe dan gejala PMS
  1. PMS tipe A (anxiety) ditandai dengan gejala seperti rasa cemas, sensitif, saraf tegang, perasaan labil. Bahkan beberapa wanita mengalami depresi ringan sampai sedang saat sebelum mendapat haid. Gejala ini timbul akibat ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron: hormon estrogen terlalu tinggi dibandingkan dengan hormon progesteron. Pemberian hormon progesteron kadang dilakukan untuk mengurangi gejala, tetapi beberapa peneliti mengatakan, pada penderita PMS bisa jadi kekurangan vitamin B6 dan magnesium.
  2. PMS tipe H (hyperhydration) memiliki gejala edema (pembengkakan), perut kembung, nyeri pada buah dada, pembengkakan tangan dan kaki, peningkatan berat badan sebelum haid. Gejala tipe ini dapat juga dirasakan bersamaan dengan tipe PMS lain. Pembengkakan itu terjadi akibat berkumpulnya air pada jaringan di luar sel (ekstrasel) karena tingginya asupan garam atau gula pada diet penderita. Pemberian obat diuretika untuk mengurangi retensi (penimbunan) air dan natrium pada tubuh hanya mengurangi gejala yang ada.
  3. PMS tipe C (craving) ditandai dengan rasa lapar ingin mengkonsumsi makanan yang manis-manis (biasanya coklat) dan karbohidrat sederhana (biasanya gula). Pada umumnya sekitar 20 menit setelah menyantap gula dalam jumlah banyak, timbul gejala hipoglikemia seperti kelelahan, jantung berdebar, pusing kepala yang terkadang sampai pingsan. Hipoglikemia timbul karena pengeluaran hormon insulin dalam tubuh meningkat. Rasa ingin menyantap makanan manis dapat disebabkan oleh stres, tinggi garam dalam diet makanan, tidak terpenuhinya asam lemak esensial (omega 6), atau kurangnya magnesium.
d.    PMS tipe D(depression) ditandai dengan gejala rasa depresi, ingin menangis, lemah, gangguan tidur, pelupa, bingung, sulit dalam mengucapkan kata-kata (verbalisasi), bahkan kadang-kadang muncul rasa ingin bunuh diri atau mencoba bunuh diri. Biasanya PMS tipe D berlangsung bersamaan dengan PMS tipe A, hanya sekitar 3% dari selururh tipe PMS benar-benar murni tipe D. PMS tipe D murni disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon progesteron dan estrogen, di mana hormon progesteron dalam siklus haid terlalu tinggi dibandingkan dengan hormon estrogennya. Kombinasi PMS tipe D dan tipe A dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu stres, kekurangan asam amino tyrosine, penyerapan dan penyimpanan timbal di tubuh, atau kekurangan magnesium dan vitamin B (terutama B6). Ada pula kram perut Pada hari pertama atau satu hari menjelang datang bulan, banyak wanita yang mengeluh sakit perut atau tepatnya kram perut. Gangguan kram perut ini tidak termasuk PMS walaupun ada kalanya bersamaan dengan gejala PMS. Kram pada waktu haid atau nyeri haid merupakan suatu gejala yang paling sering. Gangguan nyeri yang hebat, atau dinamakan dismenorea, seringkali derita ini sangat mengganggu aktivitas wanita, bahkan mengharuskan penderita beristirahat ataupun sampai meninggalkan pekerjaannya selama berjam-jam atau beberapa hari.
Dismenorea memang bukan PMS. Dismenorea primer umumnya tidak ada hubungannya dengan kelainan pada organ reproduksi wanita dan hanya terjadi sehari sebelum haid atau hari pertama haid. Nyeri perut ini juga tidak ada hubungannya dengen PMS yang mulai terasa 10 - 14 hari sebelum haid. Gejala malah hilang begitu haid datang. Kalau dismenorea membaik atau bahkan hilang sama sekali setelah seseorang melahirkan, tidak demikian dengan PMS. Wanita yang pernah melahirkan malah berisiko lebih tinggi menderita PMS.
2.6Kebutuhan gizi untuk PMS ( premenstruasi syndrome)
            Kebutuhan gizi untuk premenstruasi syndrome berdasarkan tipe dan gejalanya adalah:
3.1.1.1.4.1.1.1   PMS tipe A (anxiety)
Penderita PMS A sebaiknya banyak mengkonsumsi makanan berserat dan mengurangi atau membatasi minum kopi.
3.1.1.2   PMS tipe H (hyperhydration)
Penderita dianjurkan mengurangi asupan garam dan gula pada diet makanan serta membatasi minum sehari-hari.
3.1.1.3   PMS tipe D(depression)
Penderita dianjurkan untuk menkonsumsi makanan yang mengandung asam lemak esensial (omega 6) dan makanan yang mengandung magnesium.

3.1.1.4   PMS tipe D(depression)
Meningkatkan konsumsi makanan yang mengandung vitamin B6 dan magnesium dapat membantu mengatasi gangguan PMS tipe D yang terjadi bersamaan dengan PMS tipe A.

2.7       Pencegahan PMS (premenstruasi syndrome)
Pencegahan PMS (sindrom pra-menstruasi) dapat dilakukan melalui diet yang tepat dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a.       Batasi kosumsi makanan tinggi gula, tinggi garam, daging merah(sapi dan kambing), alkohol, kopi, teh, coklat, serta minuman bersoda
b.      Kurangi rokok atau berhenti merokok.
c.       Batasi konsumsi protein (sebaiknya sebanyak 1,5 gr/kg berat badan per orang).
d.      Meningkatkan konsumsi ikan, ayam, kacang-kacangan, dan biji-biji-bijian sebagai sumber protein.
e.       Batasi konsumsi makanan produk susu dan olahannya (keju, es krim, dan lainnya) dan gunakan kedelai sebagai penggantinya.
f.       Batasi konsumsi lemak dari bahan hewani dan lemak dari makanan yang digoreng.
g.      Meningkatkan konsumsi sayuran hijau.
h.      Meningkatkan konsumsi makanan yang mengandung asam lemak esensial linoleat seperti minyak bunga matahari, minyak sayuran.
i.        Konsumsi vitamin B kompleks terutama vitamin B6, vitamin E, kalsium, magnesium juga omega-6 (asam linolenat gamma GLA).
Di samping diet, perhatikan pula hal-hal berikut ini untuk mencegah munculnya PMS:
Ø          Melakukan olahraga dan aktivitas fisik secara teratur.
Ø          Menghindari dan mengatasi stres.
Ø    Menjaga berat badan. Berat badan yang berlebihan dapat meningkatkan risiko menderita PMS.
Ø    Catat jadwal siklus haid Anda serta kenali gejala PMS-nya.
Ø    Perhatikan pula apakah Anda sudah dapat mengatasi PMS pada siklus-siklus datang bulan berikutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar